Oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi
 
Pembahasan  kita kali ini secara umum masih terbilang dari keutamaan Tauhid. Kita  angkat tema ini secara lebih khusus karena merupakan keutamaan tauhid  yang sangat istimewa bagi para pemeluknya. Tidak semua pemeluk tauhid  dapat memperoleh keutamaan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.  Keutamaan ini hanya bagi seorang yang benar-benar merealisasikan tauhid  dengan sempurna. 
Dalil yang menandaskan tentang keutamaan itu adalah hadits yang  diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari sahabat Ibnu Abbas  rodhiyallahu ‘anhuma. Bahwasanya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa  sallam bersabda, 
عرضتُ عَلَي الأممِ، فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي  وَمَعَهُ الرَّجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم،  فظننت أنهم أمتي، فقيل لي: هذا موسى وقومه، فنظرت فإذا سواد عظيم، فقيل لي:  هذه أمتك ومعهم سبعون ألفاً يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب 
"Telah ditampakkan umat-umat kepadaku.Maka Aku melihat seorang nabi  yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang  nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak  seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku serombongan besar  (yang terlihat dari kejauhan). Aku pun mengira bahwa mereka adalah  umatku. tetapi dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa bersama kaumnya”.  Kemudian aku melihat serombongan besar yang lain. Maka dikatakan  kepadaku, “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang  yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab”. 
Selanjutnya beliau  bangkit dan segera masuk ke rumahnya.  orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Sebagian  orang berkata, “Barangkali mereka adalah para sahabat Rosulullah  shollallahu 'alaihi wa sallam”. Sedangkan sebagian yang lain berkata,  “barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan pada masa Islam.  Sehingga mereka tak pernah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun”.  Berikutnya mereka menyebutkan beberapa kemungkiunan lain.  
mereka memberitahukan perkaranya kepada Rosulullah  shallallahu’alaihi wasallam tatkala beliau keluar . Maka beliau  bersabda, 
هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون 
“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta  di ruqyah, tidak  meminta di kay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada  Robb mereka”.  
Lalu 'Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada  Allah agar aku termasuk golongan mereka.  
Beliau menjawab, 
“Engkau termasuk golongan mereka.”  
Kemudian seseorang ikut berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada Allah  agar aku juga termasuk golongan mereka”. 
Beliau menjawab, “Engkau telah kedahuluan 'Ukasyah". 
Hadits yang mulia ini mengandung banyak pelajaran penting yang bisa  kita ambil. Marilah kita menyimak uraiannya satu persatu dengan  mengharap wajah allah.  
Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam, 
عُرِضْتُ عَلَي الأممِ 
“Ditampakkan umat-umat kepadaku” 
Allah yang maha tahu kapan yang demikan ditampakkan kepada beliau.  Maksud pernyataan beliau bahwa Allah memperlihatkan kepadanya  perumpamaan saat para nabi datang bersama pengikutnya di hari kiamat  nanti. (lihat qurrotul ‘uyun karya syaikh Abdurrahman Alus syaikh  hal.27)      
Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam, 
فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي وَمَعَهُ الرَّجل  والرجلان، والنبي وليس معه أحد 
“Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang  (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua  orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.” 
Pernyataan beliau diatas mengabarkan bahwa yang selamat dari setiap  umat hanya berjumlah sedikit. Mayoritas mereka lebih cenderung mengikuti  tabiat manusia berupa pengingkaran kepada para Rosul. akhirnya mereka  binasa. Allah berfirman, 
(1) 
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini,  niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An`am:116) 
(2) 
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji.  Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.”  (Al-A’rof:102) 
(3) 
“Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah  bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka  itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)".” (Ar-Ruum : 42) 
Banyak ayat-ayat yang senada dengan beberapa firman Allah di atas  dalam Al-quran. 
Orang-orang yang selamat pada hari kiamat nanti walaupun berjumlah  sedikit tetapi mereka disebut dengan nama As-sawadul A’zhom (golongan  yang besar). Sebab mereka memiliki nilai yang besar di sisi Allah  meskipun berjumlah sedikit. Maka hendaknya seorang muslim berhati-hati  agar jangan terpedaya dengan jumlah mayoritas. Berapa banyak orang yang  terpedaya dengan jumlah mayoritas. Sampai sebagian orang yang mengaku  berilmu meyakini masalah agama seperti keyakinan orang-orang yang bodoh  dan sesat. Mereka tidak mau menoleh kepada firman Allah dan sabda  Rosul-Nya, (sehingga mereka hanya mengukur kebenaran dengan jumlah  mayoritas semata). (Lihat Qurrotul ‘Uyun hal.27-28)  
Kebenaran Tidak Diukur dengan Jumlah Mayoritas 
Hadits diatas menceritakan tentang seorang nabi yang dibangkitkan  pada hari kiamat namun tak seorang pun bersamanya. Maksudnya nabi itu  tidak memiliki seorang pengikut pun tatkala Allah mengutusnya kepada  suatu kaum. Allah hendak menegakkan hujjah kepada manusia dengan  mengutusnya. Dengan demikian Allah mengangkat seluruh alasan sebab Allah  telah menegakkan hujjah atas mereka. (lihat Al-qoulul Mufid karya Ibnu  Utsaimin 1/94-95) 
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kebenaran sering  berpihak kepada jumlah minoritas dan menjauh dari jumlah mayoritas.  Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, 
لا تزال طائفة من أمتي علي الحق ظاهرين, لا يضرهم من خالفهم, و لا من  خذلهم حتي يأتي أمر الله و هم علي ذلك  
“Senantiasa sekelompok kecil dari umatku tampak nyata diatas  kebenaran. Mereka tidak dibahayakan oleh orang yang menyelisihi dan  menghinakan mereka, sampai datang perintah allah dalam keadaan mereka  tetap demikian.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Mu`awiyah radhiyallahu  `anhu) 
Syaikh Abdur rahman bin Hasan Alus-syaikh berkata: “sabda Rosulullah  shallallahu’alaihi wasallam: 
Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang  (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua  orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya. 
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menjadikan jumlah  mayoritas sebagai argumen (kebenaran).” (lihat Fathul Majid karya beliau  hal.83) 
Pembahasan ini mengingatkan kita kepada sebuah kesesatan yang  tertanam pada sistem demokrasi. Yaitu menetapkan kebenaran segala  sesuatu dengan suara mayoritas. Ini adalah kesesatan yang nyata tanpa  dapat diragukan lagi. Terlalu banyak dalil dari Al-quran dan As-sunnah  yang menegaskan kesesatan prinsip demokrasi ini. Diantaranya sebagaimana  yang telah kita sebutkan diatas. Ukuran kebenaran adalah wahyu yang  Allah turunkan kepada nabinya baik berupa Al-quran maupun As-sunnah.  Allah berfirman, 
(4) 
“Kebenaran itu adalah dari Robbmu, maka jangan sekali-kali kamu  termasuk orang-orang yang ragu.” (Al-Baqoroh:147) 
Dalam ayat lain, 
(5) 
“Ikutilah wahyu yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan  janganlah kalian mengikuti wali-wali selainnya.” (Al-A’raaf:3) 
Sebaliknya dalam Al-Quran justru Allah melarang untuk mengikuti  kebanyakan orang, 
(6) 
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini,  niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.”  (Al-An’am:116) 
Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti suara mayoritas. Akan  tetapi Allah memerintahkan kita untuk mengikuti kebenaran yang datang  dari sisinya walaupun hanya segelintir orang yang berpihak kepadanya.  Kita berharap semoga kaum muslimin mau meninggalkan sistem demokrasi  yang sesat ini, demi kebahagian hidup mereka didunia sebelum akherat.  Allahul Musta`an                                              
Wallahu a’lam bis shawab