Rabu, 27 Oktober 2010

Huffadz Lapongkoda

Bagaimana cara menjaga 
hafalan Al-Qur’an saya ?
Jawaban.
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada 
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Di antara cara menghafal Al-Qur’an adalah selalu mengulang-ulang dan 
menjaganya, juga bersungguh-sungguh, ikhlas, berkeinginan keras untuk 
menghafalnya, memahaminya dan men-tadabburi-nya serta ber-tadharru’ (memelas) 
dan memohon taufiq (kemudahan) untuk hal itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 
Hati-hatilah dari perbuatan maksiat serta bertaubatlah kepada Allah Subhanahu 
wa Ta’ala dari dosa-dosa maksiat yang pernah dilakukan.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi 
wa sallam.
Apa hukum orang yang 
menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan 
siksa atau tidak ?
jawaban:
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada 
RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.

Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang 
paling utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang 
meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang 
tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu 
‘alaihi wa sallam berkata.

“Jagalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya, 
sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari 
ikatannya” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu 
no. 5033, kitab Fadha’il Al-Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa 
no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33]

Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam 
menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat 
menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran 
hukum-hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal 
sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, 
maka dia tidak berdosa.
Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian lupa, 
tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wabillah at-taufiq wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shahbihi 
wa sallam.

TUJUH POIN SABDA NABI TENTANG DUNIA

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda :

1. "Dunia ini adalah tempat bagi orang yang tidak memiliki tempat (di akhirat).
2. Dunia adalah harta bagi orang yang tidak memiliki harta (di akhirat).
3. Dunia ini hanya akan ditumpuk-tumpuk oleh orang yang tidak sempurna akalnya.
4. Hanya orang yang tidak paham sajalah yang akan sibuk dengan kesenangan dunia.
5. Hanya orang yang tidak berilmu sajalah yang akan merasa bersedih karena dunia.
6. Hanya orang yang tidak memiliki nurani sajalah yang akan dengki dalam masalah dunia.
7. Hanya orang yang tidak punya keyakinan kepada Allah sajalah yang menjadikan dunia sebagai tujuannya."

Hadits tersebut tidak melarang manusia untuk berusaha dalam mengurusi keduniawian, tetapi hendaknya tidak sampai melupakan urusan akhirat yang menjadi tujuan utama. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda :
"Jika seseorang berusaha mencari nafkah untuk kepentingan anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika seseorang berusaha mencari nafkah untuk kepentingan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka ia berada di jalan Allah. Jika seseorang mencari nafkah untuk memenuhi ebutuhan dirinya agar tidak meminta-minta, maka ia berada di jalan Allah. Jika ada seseorang mencari nafkah dengan tujuan riya’ dan untuk bermegah-megahan, maka ia berada di jalan setan." (HR. Thabarani).

Jumat, 15 Oktober 2010

Masuk Surga Tanpa Hisab Tanpa Adzab



Oleh Al-Ustadz Abdul Mu’thi







Pembahasan kita kali ini secara umum masih terbilang dari keutamaan Tauhid. Kita angkat tema ini secara lebih khusus karena merupakan keutamaan tauhid yang sangat istimewa bagi para pemeluknya. Tidak semua pemeluk tauhid dapat memperoleh keutamaan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Keutamaan ini hanya bagi seorang yang benar-benar merealisasikan tauhid dengan sempurna.

Dalil yang menandaskan tentang keutamaan itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma. Bahwasanya Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عرضتُ عَلَي الأممِ، فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي وَمَعَهُ الرَّجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد، إذ رفع لي سواد عظيم، فظننت أنهم أمتي، فقيل لي: هذا موسى وقومه، فنظرت فإذا سواد عظيم، فقيل لي: هذه أمتك ومعهم سبعون ألفاً يدخلون الجنة بغير حساب ولا عذاب

"Telah ditampakkan umat-umat kepadaku.Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku serombongan besar (yang terlihat dari kejauhan). Aku pun mengira bahwa mereka adalah umatku. tetapi dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa bersama kaumnya”. Kemudian aku melihat serombongan besar yang lain. Maka dikatakan kepadaku, “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab”.

Selanjutnya beliau bangkit dan segera masuk ke rumahnya. orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Sebagian orang berkata, “Barangkali mereka adalah para sahabat Rosulullah shollallahu 'alaihi wa sallam”. Sedangkan sebagian yang lain berkata, “barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan pada masa Islam. Sehingga mereka tak pernah berbuat syirik kepada Allah sedikitpun”. Berikutnya mereka menyebutkan beberapa kemungkiunan lain.

mereka memberitahukan perkaranya kepada Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam tatkala beliau keluar . Maka beliau bersabda,

هم الذين لا يسترقون ولا يكتوون ولا يتطيرون وعلى ربهم يتوكلون

“Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta di ruqyah, tidak meminta di kay, tidak melakukan tathayyur dan hanya bertawakkal kepada Robb mereka”.

Lalu 'Ukasyah bin Mihshan berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.

Beliau menjawab,
“Engkau termasuk golongan mereka.”

Kemudian seseorang ikut berdiri dan berkata, “Mohonlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka”.

Beliau menjawab, “Engkau telah kedahuluan 'Ukasyah".

Hadits yang mulia ini mengandung banyak pelajaran penting yang bisa kita ambil. Marilah kita menyimak uraiannya satu persatu dengan mengharap wajah allah.

Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam,


عُرِضْتُ عَلَي الأممِ
“Ditampakkan umat-umat kepadaku”

Allah yang maha tahu kapan yang demikan ditampakkan kepada beliau. Maksud pernyataan beliau bahwa Allah memperlihatkan kepadanya perumpamaan saat para nabi datang bersama pengikutnya di hari kiamat nanti. (lihat qurrotul ‘uyun karya syaikh Abdurrahman Alus syaikh hal.27)

Sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam,

فَرَأَيْتُ الَنِبي وَمَعَهُ الرَهْطُ، والَنِبي وَمَعَهُ الرَّجل والرجلان، والنبي وليس معه أحد
“Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.”

Pernyataan beliau diatas mengabarkan bahwa yang selamat dari setiap umat hanya berjumlah sedikit. Mayoritas mereka lebih cenderung mengikuti tabiat manusia berupa pengingkaran kepada para Rosul. akhirnya mereka binasa. Allah berfirman,
(1)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An`am:116)

(2)

“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.” (Al-A’rof:102)

(3)

“Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)".” (Ar-Ruum : 42)

Banyak ayat-ayat yang senada dengan beberapa firman Allah di atas dalam Al-quran.

Orang-orang yang selamat pada hari kiamat nanti walaupun berjumlah sedikit tetapi mereka disebut dengan nama As-sawadul A’zhom (golongan yang besar). Sebab mereka memiliki nilai yang besar di sisi Allah meskipun berjumlah sedikit. Maka hendaknya seorang muslim berhati-hati agar jangan terpedaya dengan jumlah mayoritas. Berapa banyak orang yang terpedaya dengan jumlah mayoritas. Sampai sebagian orang yang mengaku berilmu meyakini masalah agama seperti keyakinan orang-orang yang bodoh dan sesat. Mereka tidak mau menoleh kepada firman Allah dan sabda Rosul-Nya, (sehingga mereka hanya mengukur kebenaran dengan jumlah mayoritas semata). (Lihat Qurrotul ‘Uyun hal.27-28)
Kebenaran Tidak Diukur dengan Jumlah Mayoritas

Hadits diatas menceritakan tentang seorang nabi yang dibangkitkan pada hari kiamat namun tak seorang pun bersamanya. Maksudnya nabi itu tidak memiliki seorang pengikut pun tatkala Allah mengutusnya kepada suatu kaum. Allah hendak menegakkan hujjah kepada manusia dengan mengutusnya. Dengan demikian Allah mengangkat seluruh alasan sebab Allah telah menegakkan hujjah atas mereka. (lihat Al-qoulul Mufid karya Ibnu Utsaimin 1/94-95)

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa kebenaran sering berpihak kepada jumlah minoritas dan menjauh dari jumlah mayoritas. Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

لا تزال طائفة من أمتي علي الحق ظاهرين, لا يضرهم من خالفهم, و لا من خذلهم حتي يأتي أمر الله و هم علي ذلك

“Senantiasa sekelompok kecil dari umatku tampak nyata diatas kebenaran. Mereka tidak dibahayakan oleh orang yang menyelisihi dan menghinakan mereka, sampai datang perintah allah dalam keadaan mereka tetap demikian.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Mu`awiyah radhiyallahu `anhu)

Syaikh Abdur rahman bin Hasan Alus-syaikh berkata: “sabda Rosulullah shallallahu’alaihi wasallam:

Maka Aku melihat seorang nabi yang bersamanya beberapa orang (berjumlah sepuluh atau kurang), seorang nabi yang bersamanya satu dua orang saja dan seorang nabi yang tak seorang pun bersamanya.

Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang menjadikan jumlah mayoritas sebagai argumen (kebenaran).” (lihat Fathul Majid karya beliau hal.83)

Pembahasan ini mengingatkan kita kepada sebuah kesesatan yang tertanam pada sistem demokrasi. Yaitu menetapkan kebenaran segala sesuatu dengan suara mayoritas. Ini adalah kesesatan yang nyata tanpa dapat diragukan lagi. Terlalu banyak dalil dari Al-quran dan As-sunnah yang menegaskan kesesatan prinsip demokrasi ini. Diantaranya sebagaimana yang telah kita sebutkan diatas. Ukuran kebenaran adalah wahyu yang Allah turunkan kepada nabinya baik berupa Al-quran maupun As-sunnah. Allah berfirman,
(4)

“Kebenaran itu adalah dari Robbmu, maka jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Al-Baqoroh:147)

Dalam ayat lain,
(5)

“Ikutilah wahyu yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti wali-wali selainnya.” (Al-A’raaf:3)

Sebaliknya dalam Al-Quran justru Allah melarang untuk mengikuti kebanyakan orang,

(6)

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Al-An’am:116)

Allah tidak memerintahkan kita untuk mengikuti suara mayoritas. Akan tetapi Allah memerintahkan kita untuk mengikuti kebenaran yang datang dari sisinya walaupun hanya segelintir orang yang berpihak kepadanya. Kita berharap semoga kaum muslimin mau meninggalkan sistem demokrasi yang sesat ini, demi kebahagian hidup mereka didunia sebelum akherat. Allahul Musta`an

Wallahu a’lam bis shawab

Open Your Heart

Oleh Yons Achmad
Seorang teman: Dhodie, Ketua Blogger Depok (deBlogger) menulis di Twitter “Kadang kita gak sangka kapan dan dari mana pertolongan itu datang”. Entah apa yang sedang dirasakannya, entah apa yang sedang terpikirkannya. Yang pasti saya, dan kita semua pastilah sependapat dengan kata-kata ini.
Kata-kata ini, semacam air yang membasahi tenggorakan saat buka puasa tiba. Menyegarkan. Dan, ketika mendapatinya di pagi manis ini, rasa-rasanya semakin menumbuhkan gairah untuk bekerja, untuk berkarya. Demi mewujudkan cita-cita yang diam-diam selalu kita simpan rapat di hati. Mungkin, untuk sebuah rumah mewah, mobil berkelas, mengunjungi kota-kota yang aduhai, mendapat banyak uang. Atau sekedar untuk mendapat selembar rupiah agar bisa membeli novel mengharukan untuk bacaan di akhir pekan.
“Open Your Heart” Katanya lagi.
Ya, membuka hati. Kata ini sederhana saja. Hanya saja, bagi saya mempraktekkannya sulit nian. Derajat religiusitas saya mungkin pas-pasan sekali. Saya kadang begitu susah untuk membuka hati. Begitu susah menerima keadaan yang sama sekali tidak saya inginkan. Tak tahulah saya kenapa bisa begini. Kalaupun bisa, lama sekali waktunya.
Kau bagaimana, apakah merasakan hal yang sama? Semoga tidak.
Jujur, saya pernah kecewa dengan keadaan. Dulu Saya kecewa dilempar dari kursi kampus karena talat bayar SPP padahal saya juara karya tulis akademis nomer dua dan juara pertama karya tulis apesiasi seni. Saya kecewa ditipu rekan bisnis teman sendiri, saya kecewa motor satu-satunya untuk aktivitas kerja digondol maling, saya kecewa mbak penerbit menghilang ketika saya berhasil menulis sebuah buku untuk mereka, saya kecewa orang yang saya cintai pergi begitu saja, saya kecewa ibu saya harus meninggal di usia muda terkena kanker sebelum saya sempat membalas kebaikan-kebaikannya dll
Sulit sekali membuka hati atas semua itu
Bisa dan rela menerima keadaan. Tapi lama.
Lalu, saya menyadari kayaknya memang ada yang salah dalam diri dan hati saya. Selain religiusitas yang perlu ditingkatkan sepertinya manajemen hati memang persoalan yang mesti saya selesaikan lebih dini. Menyadari mungkin dengan begitulah dunia akan terbuka. Menyadari bahwa kadang hidup memang tak sesuai dengan yang kita harapkan dan kita mesti harus berjalan.
Menyadari bahwa itu hanyalah cobaan kecil saja. Meyakini bahwa orang lain mungkin malah pernah menghadapi persoalan yang lebih parah, lebih rumit dari semua kekecewaan-kekecewaan di atas. Sayangnya kesadaran dan keyakinan semacam ini lama sekali saya peroleh. Mungkin benar kata seorang itu, saya begitu lemah. Dan seorang yang lemah tak mungkin menjadi imam yang baik dan bisa diandalkan.
Pagi ini, saya belajar tentang semua itu. Hidup yang rumit penuh masalah justru malah menantang. Dan tentu saja mengasyikkan. Kesempurnaan justru malah membuat bosan. Seperti kisah dalam Eat, Pray and Love. Perempuan itu sudah punya segalanya. Suami yang baik, rumah mewah, fasilitas serba ada. Namun hampa. Ia kemudian melepas semuanya, termasuk menceraikan suaminya tanpa sebab yang jelas. Begitulah. Dunia memang aneh.
Dan, membuka hati. Ah. Rasa-rasanya memang perlu dan senantiasa terasah selalu. Membuka hati, adalah jalan menuju kebahagiaan. Dan kebahagiaan, itulah yang selama ini kita cari dan selalu kita inginkan. Begitu juga, ketika kita benar-benar sudah angkat dengan keadaan, seperti kata teman di atas, tentunya ketika kita yakin akan Tuhan, yakinlah bahwa pertolongan itu pasti datang []

*Penulislepas, tinggal di Jakarta

Bagaimana cara mengenal Allah?


Ciptaan yang sempurna di seluruh jagat raya menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha Agung.
Allah sendiri telah memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Al-Qur’an - wahyu yang diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk yang benar bagi kehidupan. Semua sifat-sifat Allah yang mulia disampaikan kepada kita di dalam Al-Qur’an. Dia Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Meliputi seluruh alam, Maha Melihat dan Maha Mendengar atas segala sesuatu. Dia lah Pemilik dan Tuhan satu-satunya atas langit dan bumi dan segala sesuatu di antaranya. Dia lah penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi.
هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَـٰنُ الرَّحِيمُ ﴿٢٢﴾ هُوَ اللَّـهُ الَّذِي لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّـهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٢٣﴾ هُوَ اللَّـهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾
Dialah Allah – tiada tuhan selain Dia. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia lah Allah – tiada tuhan selain Dia. . . . MilikNya segala nama-nama yang baik. Segala yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al-Hasr: 22-24)

Dalam Sujud Terakhirku

Dalam sujud terakhirku Ya Allah...
kuteriakkan Asma-Mu sekeras-kerasnya
agar runtuh dinding kesombongan dalam hatiku

Dalam sujud terakhirku Ya Rabbi...
ku menangis sejadi-jadinya
biar kering mata ini
namun basah ladang hati yang gersang

Dalam sujud terakhirku Ya Rahman...
kulihat semua dosa yang membayangiku
kelam mencengkram jiwa yang lusuh

Dalam sujud terakhirku Ya Rahim...
biarkan aku patah dalam cahayaMu
biarkan kumusnahkan titik-titik kemunafikanku
agar ku kembali dalam pelukan hidayahMu

Dalam sujud terakhirku
biarkan aku hirup nafasku sekali lagi
hanya untuk menyebut namaMu dan kekasihMu tercinta

WAJAH ORANG-ORANG BERIMAN BERCAHAYA, DAN WAJAH ORANG-ORANG KAFIR DILIPUTI KEHINAAN

Salah satu rahasia yang diungkapkan Allah dalam al-Qur'an adalah bahwa keimanan dan kekufuran tercermin di wajah dan kulit manusia. Di beberapa ayat, Allah memberitahukan bahwa terdapat cahaya di wajah orang-orang beriman, sedangkan wajah orang-orang kafir diliputi kehinaan:
"Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena hina, mereka melihat dengan pandangan yang lesu …" (Q.s. asy-Syura: 45).
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik dan ada tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak pula kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan memperoleh balasan yang setimpal dan mereka diliputi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari azab Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Q.s. Yunus: 26-7).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat tersebut, wajah orang-orang kafir diliputi oleh kehinaan. Sebaliknya, wajah orang-orang beriman bercahaya. Allah menyatakan bahwa mereka dikenal karena adanya bekas sujud pada wajah mereka:
"Muhammad itu adalah Utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…" (Q.s. al-Fath: 29).
Dalam ayat-ayat lainnya, Allah memberitahukan bahwa orang-orang kafir dan orang-orang yang berdosa dikenali dari wajah mereka:
"Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka." (Q.s. ar-Rahman: 41).
"Dan kalau kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka, dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu." (Q.s. Muhammad: 30).
Keajaiban dan rahasia penting yang diungkapkan dalam al-Qur'an adalah adanya perubahan fisik yang terjadi pada wajah seseorang. Hal itu tergantung pada keimanan dan dosa seseorang. Keadaan ruhani menghasilkan pengaruh fisik pada tubuh, sekalipun bentuknya tetap sama, namun ekspresi wajah dapat berubah, yakni wajahnya diliputi kegelapan atau cahaya. Jika Allah menghendaki, orang yang beriman dapat melihat keajaiban ini yang ditunjukkan kepada orang-orang.

Penantian Sang Ayah

KotaSantri.com

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di salah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.

Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo'a dan berharap, kalau suatu saat Allah dapat memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendo'akan kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do'a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yang telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."
---

Sahabatku, terkadang seperti Anak itulah tingkah kita. Terkadang kita Buta dan Tuli, tidak mau sedikit pun mendengar dan melihat sekeliling kita. Tapi Allah sebagai AYAH YANG BAIK dan SETIA pada Kita. Dia selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita.

Jumat, 08 Oktober 2010

pandangan MATA

Jika seorang pelajar ingin meraih kesempurnaan ilmu, hendaklah ia menjauhi kemaksiatan dan senantiasa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram untuk dipandang karena yang demikian itu akan membukakan beberapa pintu ilmu, sehingga cahayanya akan menyinari hatinya. Jika hati telah bercahaya maka akan jelas baginya kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa mengumbar pandangannya, maka akan keruhlah hatinya dan selanjutnya akan gelap dan tertutup baginya pintu ilmu.
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Sadarkah kita, bahwa sudah sekian banyak pandangan mata kita umbar tiada batas untuk memandang segala hal yang ada dihadapan?
Sudah berapa banyak hal-hal terlarang yang pernah kita pandang hanya untuk kepuasan nafsu yang sangat sesaat namun sebenarnya sedang mengiring kita pada kerusakan dan kehancuran?
kita tidak pernah tahu apa yang dikandung oleh pandangan mata dan apa yang terlintas di hati seseorang, kecuali oleh Allah SWT yang Maha Mengetahui. Apa yang menjadi rahasia diri kita, apa yang menjadi kecenderungan kita, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui. Semua rahasia diri kita sesungguhnya begitu jelas dilihat oleh Allah SWT tanpa tersekat oleh apapun. Kita mungkin mampu berpura-pura dihadapan manusia, menunjukkan sifat dan sikap mulia, namun mampukah kita berpura-pura dihadapan-Nya?
Rasulullah SAW pernah bersabda dalam salah satu haditsnya, bahwa “Hendaklah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, yakinilah bahwa Dia melihatmu”.
"Apabila seseorang menjaga pandangan dari hal-hal yang haram, Allah akan menggantikannya dengan nur pandangan-Nya. Allah juga akan membukakan untuknya pintu pengetahuan, iman, makrifat, dan firasat yang benar.
Sebagai penutup, nasihat dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah untuk memohon pada Allah agar menghidupkan hati kita.
Sungguh aneh orang yang punya keperluan dan memohon agar Allah memenuhinya, namun ia tak memohon untuk menghidupkan hatinya agar tidak terjangkit kebodohan, agar disembuhkan dari penyakit syahwat dan syubhat; sebab jika hati telah mati maka ia tak akan merasakan kedurhakaan kepada Allah.
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah) Wallahu a’lam bish-showab wa ‘afwu minkum.

Ramadhan tiba...!!

Alhamdulillah, tamu agung dengan membawa berjuta-juta keuntungan itu datang lagi. Tamu agung yang sangat istimewa segera menjelang menghampiri ruh-ruh yang rapuh terobsesi oleh api dunia yang membakar menghauskan.Kedatanganmu kami tunggu wahai syahrul mubarok. Datanglah untuk menghapus dahaga iman dan jiwa kami, datanglah untuk membelenggu kedurjanaan, datanglah untuk menghapus duka nestapa disebsbkan oleh perihnya hati menapaki jalan kemunafikan, jalan kedustaan, jalan kesombongan, jalan kesesatan yang kami tutupi setahun lalu.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Bulan Ramadhan telah datang. Bulan penuh barakah itu disambut gembira oleh segenap kaum muslimin di seluruh belahan bumi ini. Banyak hikmah yang dapat diambil dalam bulan Ramadhan. Karena itulah bulan Ramadhan yang maghfirah mempunyai beberapa sebutan, antara lain Syahrut Tabiyah dan Sahrul Jihad. Bulan Ramadhan menjadi bulan yang penuh hikmah. Hikmah-hikmah itu sebagai berikut.
1. Syahrut-Tarbiyah
Tahukah Anda mengapa bulan Ramadhan disebut dengan syahrut tarbiyah atau bulan pendidikan? Pada bulan itu kita dididik langsung oleh Allah swt. Kita diajarkan supaya bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita. Kapan waktu makan, kapan waktu bekerja, kapan waktu istirahat dan kapan waktu ibadah.
Program madrasah Ramadhan diharapkan dapat membentuk manusia yang takwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
2. Syahrul Jihad
Pada masa Rasulullah beberapa peperangan terjadi pada bulan Ramadhan dan itu semua dimenangkan kaum muslimin. Saat ini boleh jadi perang secara fisik tidak kita lakukan. Namun, yang paling penting kita lakukan sekarang adalah kita berjihad melawan hawa nafsu. Ramadhan adalah bulan di mana kita hendaknya melepaskan diri dari amarah dan syahwat. Sesungguhnya berpuasa di bulan Ramadhan adalah menahan diri dari keinginan baik mulut, perut dan apa yang ada dibawah perut. Karena itulah bulan Ramadhan menjadi tempat dalam berjihad melawan hawa nafsu diri kita sendiri.
3. Syahrul Qur’an
Al-Qur’an petama sekali diturunkan di bulan Ramadhan dan pada bulan itu disunahkan kita banyak membaca dan mengkaji kandungan Al-Qur’an sehingga kita paham dan mengerti perintah Allah yang terkandung di dalamnya. Di bulan Ramadhan inilah kita seharusnya dapat menargetkan khatam Al-Qur’an. Selain pada bulan Ramadhan, Rasulullah saw. membatasi para sahabat mengkhatamkan Al-Qur’an 10 kali dalam sebulan. Padahal sebenarnya banyak sahabat yang ingin lebih banyak daripada itu. Dan pada bulan Ramadhan itulah Rasulullah saw. memberi kebebasan untuk mengkhatamkan. Itulah sebabnya salah satu kebiasaan Ustman bin Affan dalam bulan Ramadhan adalah khatam Al-Qur’an setiap hari.
Begitu pula para ulama salafus shalih, kebiasaan mengajar dan berdakwah mereka hentikan selama bulan Ramadhan. Karena selama satu bulan (Ramadahan) itulah mereka khususkan untuk mencari pahala dengan membaca Al-Qur’an. Tentunya bagi mereka yang belum lancar membaca Al-Qur’an, inilah momen yang paling tepat untuk meningkatkan belajarnya. Karena itu akan sangat bagus jika mereka mempunyai target mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar pada tanggal 1 Syawalnya.
4. Syahrul Ukhuwah
Pada bulan Ramadhan kita merasakan sekali ukhuwah di antara kaum muslimin terjalin sangat erat dengan selalu berinteraksi di masjid atau mushola untuk melakukan shalat berjama’ah, baik itu shalat-shalat wajib maupun shalat tarawih. Sesama muslim bersama-sama berdoa, dan saling mendoakan. Di antara tetangga juga saling mengantarkan hidangan buka puasa, sehingga terasa sekali kebersamaan dan kesatuan di antara kaum muslimin. Di bulan ini kita juga akan merasakan betapa ringannya bersedekah dan menolong saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan. Di bulan ini dengan hati yang tulus, kita akan mengeluarkan zakat dari harta yang kita miliki, untuk disampaikan kepada yang berhak. Perbuatan ini memiliki hikmah dan nilai ukhuwah yang tinggi dikalangan kaum Muslimin.
5. Syahrul Ibadah
Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan ibadah karena pada bulan ini kita banyak sekali melakukan ibadah-ibadah sunnah di samping ibadah wajib seperti shalat sunnah dhuha, rawatib, tarawih ataupun qiyamul lail serta tadarusan Al-Qur’an. Allah akan melipat gandakan pahala suatu ibadah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan yang lain. Dalam bulan itulah, syetan juga diikat agar tidak mengganggu ibadah seorang hamba Allah, meskipun realitasnya masih ada juga gangguan saat beribadah. Kondisi seperti itulah yang seharusnya memacu kita untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.
Itulah di antara hikmah bulan Ramadhan sesuai dengan nama-namanya. Karena itu marilah kita sambut bulan Ramadhan ini dengan penuh gembira dan suka cita.

Selasa, 05 Oktober 2010

JANG NARA my acctres favorite..

Jang Nara
Born March 18, 1981 (1981-03-18
Origin Seoul, South Korea
Genres Pop
Occupations Singer, Actress
Labels Pure Entertainment
Associated acts SM Entertainment
Website Official Website

FATWA NABI SAW

 SAYANGI YANG MUDA

  Dari amri bin syu'aib dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu anhum, dia berkata 'Rasulullah saw bersabda, "bukan termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi yang kecil (muda) dari kami, dan mengenal kemuliaan orang yang tua dari kamu, "(Hadits shahih riwayat Abu Daud, At Tarmidzi, dan Tirmidzi mengatakan'hadits hasan shahih')
Dalam riwayat Abu Dawud.."hak orang yang tua dari kamu."

FAEDAH  HADITS
Sebagian ahli ilmu menyatakan bahwa makna 'bukan termasuk golongan kami' adalah bukan termasuk sunnah kam, bukan adab kita.Namun Sufyan Ats Tsuri  mengatakan, maknanya adalah 'tidak termasuk agama  kita.'
1.Hadits ini menunjukkan tentang di sunnahkannya bersikap rahmat pada yang lebih tua atau yunior, memberikan kasih sayang pada mereka, walas asih dan berbuat kebaikan pada mereka.
2.Yang senior memang dianjurkan menyayangi yang yunior,namun yang begitu muda tak boleh menang sendiri. Ia pun dianjurkan menghormati orang lebih tua darinya.
3. Sebuah masyarakat islam laksana bangunan yang kokoh dan teratur, Ia menyayangi yang muda dan menghormati yanglebih tua. Baik  yang tua maupun yang muda mempunyai kedudukan dalam dinding bangunan islam yang telah disempurnakan oleh Rasulullah. Kekokohan hubungan antara keduanya akan menjadikan kuatnya sebuah masyarakat Islam.
4. Demikian pula hendaknya setip komponen masyarakat mengenal keutamaanorang yang berilmu. para Ulama

Senin, 04 Oktober 2010

surat Yasiin

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
يس ﴿١﴾ وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ ﴿٢﴾ إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ ﴿٣﴾ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٤﴾ تَنزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ ﴿٥﴾ لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أُنذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ ﴿٦﴾ لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَىٰ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿٧﴾ إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ ﴿٨﴾ وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ ﴿٩﴾ وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٠﴾ إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ ﴿١١﴾ إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ ﴿
١٢
[1]
Yaa, Siin.
[2]
Demi Al-Quran yang mengandungi hikmat-hikmat dan kebenaran yang tetap kukuh,
[3]
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad adalah seorang Rasul) dari Rasul-rasul yang telah diutus,
[4]
Yang tetap di atas jalan yang lurus (ugama Islam).
[5]
Al-Quran itu, diturunkan oleh Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengasihani,
[6]
Supaya engkau memberi peringatan dan amaran kepada kaum yang datuk neneknya telah lama tidak diberikan peringatan dan amaran; sebab itulah mereka lalai.
[7]
Demi sesungguhnya, telah tetap hukuman seksa atas kebanyakan mereka, kerana mereka tidak mahu beriman.
[8]
Sesungguhnya Kami jadikan (kesombongan dan keengganan mereka tunduk kepada kebenaran sebagai) belenggu yang memberkas kedua tangan mereka ke batang leher mereka; (lebarnya belenggu itu) sampai (menongkatkan) dagu mereka lalu menjadilah mereka terdongak.
[9]
Dan Kami jadikan (sifat tamak dan gila mereka kepada harta benda dan pangkat itu sebagai) sekatan (yang menghalang mereka daripada memandang kepada keburukan dan kesingkatan masa dunia yang ada) di hadapan mereka, dan sekatan (yang menghalang mereka daripada memikirkan azab yang ada) di belakang mereka (pada hari kiamat). lalu Kami tutup pandangan mereka; maka dengan itu, mereka tidak dapat melihat (jalan yang benar).
[10]
Dan (dengan sebab itu) sama sahaja kepada mereka, engkau beri amaran atau engkau tidak beri amaran kepadanya – mereka tidak akan beriman.
[11]
Sesungguhnya peringatan dan amaran (yang berkesan dan mendatangkan faedah) hanyalah yang engkau berikan kepada orang yang sedia menurut ajaran Al-Quran serta ia takut (melanggar perintah Allah) Ar-Rahman semasa ia tidak dilihat orang dan semasa ia tidak melihat azab Tuhan. Oleh itu berilah kepadanya berita yang mengembirakan dengan keampunan dan pahala yang mulia.
[12]
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami tuliskan segala yang mereka telah kerjakan serta segala kesan perkataan dan perbuatan yang mereka tinggalkan. Dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata.

Oes Hifdzer

Oes Hifdzer

penamatan haffizh 2010